Senin, 08 Oktober 2012

LITERATUR EKOPER


Air adalah suatu zat pelarut yang bersifat yang sangat berdaya guna,yang mampu melarutkan zat-zat lain dalam jumlah besar dari pada zat cair lainnya.Sifat-sifat ini dapat dilihat dari banyak unsur-unsur pokok yang terdapat dalam air laut.(Hutabarat, 2000)
Ekosistem air laut dapat dipandang dari dimensi horizontal dan vertical.Secara horizontal laut dibagi menjadi dua yakni laut pesisir(zona neritik) yang meliputi daerah paparan benua,dan laut lepas(Zona oseanik).Sedangkan pembagian secara vertical dilakukan berdasarkan intensitas cahaya matahari yang memasuki kolam perairan yaituzona fotik,dan zona afiotik.(Dahuru ete el ,1996)
Seperti diketahui air laur rasanya asin karena mengandung garam.Anehnya orang jarang menanyakan asal - usul garam tersebut.Mula-mula diperkirakan bahwa zat-zat kimia yang menyebabkan air laut asin berasal dari darat yang dibawa oleh sungai-sungai yang mengalir ke laut, entah itu dari pengikisan batu-batuan darat,dari tanah longsor,dari hujan,atau dari gejala alam lainnya,yang terbawa oleh arus air sunga ke laut.Jika hal ini benar terjadinya tentunya susmen kimiawi sungai tidak akan berbeda dengan susmen air laut.(Hutabarat,2000)
Laut merupakan ekosistem terbesar di bumi.Laut di dunia merupakan kesatuan ekosistem di mana serangkaina komunitas dapat mempengaruhi factor-faktor fisika-kimia air laut di sekelilingnya.Ekosistem yang besar ini dapat dibagi menjadi daerah-daerahyang kecil.Parameter fisika dan kimia mempengaruhu laut dan sekitarnya yang berbeda terhadap populasi di daerah tersebut(Nyebaken, 1988)
Odum(1971)mengatakan rendahnya tingkat produktivitas di perairan pada umumnya berhubungan dengan tingkat atau cara pengeloaan yang baik.Cara ini membahayakan kelestarian populasi ikan di perairan tersebut.Akibat tidak adanya perhitungan sama sekali mengenai populasi ikan pada tahun-tahun berikut.
Weber dalam Sedana (1988) mengatakan bahwa indeks keragaman merupakan salah suatu alat untukmengukur kualitas lingkingan yang berdasarkan pada jumlah spesies dan distribusi individu dalam masing-masing spesies.
Nilai keseragaman yang digunakan untuk menilai keseimbangan penyebaran jenis pada suatu periaran karena ia merupakan ratio dari jumlah dari taksa yang semestinya ada pada indeks keseragaman.(Odum ,1971
1.PARAMETER FISIKA
1.1.SUHU
Menurut Nontji(1979)menyatakan bahwa suhu air di permukaan dipegaruhi oleh kondisi meteorology yakni curah hujan,penguapan ,kelembapan udara,suhu udara,keceptan angina,dan intesitas radiasi matahari.Oleh sebab itu suhu di permukaan biasanya mengikuti pada musiman.
Suhu perairan biasanya akan meningkat apabila intesitas cahaya matahari yang masuk ke dalam periaran dalam jumlah yang besar.Menurut dahuri et el (1996)suhu periaran dipengaruhi oleh radiasi dan posisi matahari ,letak geografis, musim,kondisi awan,proses interaksi air dengan udara seperti kenaikan panas,penguapan dan hembusan angin.
Suhu yang menghubungkan suhu yang sama(isoterm)secara umum dari barat ke timur.Dekat pantai keadaan arus mungkin akan membelokkan isoterm ini ke arah utara atau selatan.Sepanjang batas timur lautan juga dijumpai suhu yang terendah pada permukaan yang disebabkan oleh up welling dari lapisan air di bawah permukaan.(Ghalib,1999)
1.2.KECERAHAN
Schram(1990)menyatakan bahwa kecerahan suhu perairan dapat mempengaruhi suplai oksigen, yang mana cahaya matahari yang masuk ke dalam periaran akan dimanfaatkan oleh tumbuhan air untuk melangsungkan fotosintesis sehingga menghasilkan oksigen.
Nilai kecerahan suatu perairan berlawanan dengan nilai kekeruhan dan kekeruhan perairan berkaitan erat dengan jenis sedimen yang terakumulasi dan kuat arus.Di mana pada perairan yang kandungan sedimennya didominasi oleh fraksi lumpur dan senantiasa teraduk oleh arus.Sedimen yang berlumpur akan lebih keruh jika dibandingkan dengan perairan yang sedimennya berpasir.(Lukman,1994)
Menurut Nyebaken(1992) bagi tumbuhan akuatik intesitas cahaya sangat menentukan dalam penggunaan energi untuk fotosintesis.Dengan kata lain tumbuhan akan berkurang energi jika intensitas cahaya berkurang.Semakin cerah suatu perairan maka semakin jauh cahaya matahari dapat menembus ke dalam perairan.
Selanjutnya menurut Nyebaken (1992) rendahnya tingkat kecerahan aatau tingginya kekeruhan menyebabkan penetrasi cahaya menurun sehingga fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan bentik akan terganggu dan mengakibatkan produksi primer menurun.
1.3.KEDALAMAN
Kedalaman diukkur dengan menggunakan tali yang telah diberi pemberat yang alatnya dimasukkan ke dalam perairan sampai pemberat mencapai dasar perairan.Kemudian pengukuran dimulai dari tali dari permukaan perairan sampai pada alat pemberat(Haslinda,1992)
Arus akan dipengaruhi oleh topografi dasar perairan ,olehkarena itu distribusi fraksi sedimen sangat tergantung dari bentuk dasar peraian terutama keadaan kedalaman karena akan mempengaruhi bentuk dan pola arus.(Panggabean,1994)
1.4.KEKERUHAN
Kekeruhan atau turbiditas adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan derajat kegelapan d dalam air yang disebabkan oleh bahan yang melayang bak oganik maupun onargonik.Bahan yang melayang ini mrnyebabkan kekeruhan yang akan mempengaruhi warna air(Haslinda,1992).
Tingkat kekeruhan yang tinggi dapat disebabkan leh erosi di daerah hulu maupun kegiatan pergerakan sehingga menyebabkan terganggunya penetrasi cahaya,dan juga dapat merusak habitat dasar dan metabolisme hewan dasar karena terjadi penyumbatan.(Dahuri et el,1996)
2.PARAMETER KIMIA
2.1.pH
Derajat keasaman(pH) adlah suatu ukuran dari konsentrasi ion H+ dan menunjukkan suasana air tersebut apakah dalam keadaan asam atau basa.Secara alamiah oH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi CO2 dan senyawa-senyawa bersifat asam.(Hasibuan, 2001)
Walaupun air murni mempunyai pH netral karena diasosiasi molekul air menghasilkan jumlah ion-ion H+ dan OH- yang sama,keadaan CO2 dan sifat basa yang kuat dari ion natrium,kalium dan kalsium dari dalam air laut sedikit basa.Biasanya sedikit bervariasai antara pH 7,5 sampai pH 8,4(Nyebaken, 1992)
Derajat keasaman mempengaruhi daya tahan organisme di mana perairan yang pH-nya rendah maka penyerapan O2 oleh organisme akan terganggu.(Pennak, 1990)
2.2.Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut merupakan parameter yang samgat penting dalam kehidupan organisme.Setiap organisme membutuhkan O2 untuk respirasi dan selanjutnya untuk metabolisme yang diperuntukan untuk perombakan organik menjadi sari makanan yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan energi, perkembangan biak dan bergerak.(Sedana et el,2001)
Nyebaken(1992) menyatakan bahwa ada dua macam gas yaitu oksigen dan karbondioksida yang terlarut di dalam air.Kelarutan gas-gas dalam perairan adalah suatu funfsi dari suhu.Makin rendah suhu maka makin besar kelarutannya.Oleh karena itu semakin dingin suatu perairan maka makin banyak oksigen yang dikandungnya.
Fardiaz(1992) menyatakan bahwa oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kebutuhan organismeair.Di mana oksigen terlarut ini difungsikan untuk mempertahankan kinsentrasi O2 maksimal yang dibutuhkan untuk kehidupan.
Sastrawijaya(1991)menyatakan bahwa kadar oksigen dapat dijadikan ukuran untuk melakukan atau untuk menentukan mutu air.Kehidupan di air dapat bertahan jika ada O2 minimal 5 mg setiap liter(5 ppm)
Pengukuran DO melalui titrasi berpatokan pada Metode Winkler(Alert dan Santika, 1984).Air mampu diambil dengan mengunakan botol BOD tanpa terjadi atau tanpa terdapat gelembung udara,kemudian ditambah 1 ml larutan KI alkaline dan 1 ml asan Sutrat dikocok dengan jati-hati hingga semau endapan hilang.Setelah itu diindahkan ke dalam erlemeyer bervolume 100 ml dan titrasi dengan tiosulfat hingga berbentuk kuning muda lalu masukkan 2-3 tetes indikator amilum hingga warna biru tua muncul.
2.3.KARBONDIOKSIDA BEBAS
Karbondioksida merupakan gas yang dubutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan ,air renik maupun tingkat tinggi untuk melakukan fotosintesis.Konsentrasi karbondioksida yang baik tidak lebih dari 25 ppm dan tidak kurang dari 10 ppm(Kordi, 2000)
Selanjutnay Odum(1993) menyatakan kandungan karbondioksida bebas dalam air tidak boleh dari 25 ppm.
2.PLANKTON
2.1.Fitoplankton
Istilah plankton pertama kali digunakan oleh Victor Hensen(1889) berasal dari bahasa Yunani yaitu plankton yang artiny a mengembara atau kekeliaran.MenurutBoney(1975) plankton tersusun atas jaad-jasad hewani mikroskopis (phytoplankton) dan jasad-jasad hewani (Zooplankton) yang terdapat di laut maupun di air tawar ,hidup bebas terapung dan gerakannya bersifat pasif tergantung adanya arus dan angin.
Siagian(2001)menjelaskan bahwa phytoplankton merupakan tumbuhan air yang sangat kecil yang terdiri dari beberapa kelas ,yag sangat tergantung pada cahaya matahari terdapat pada permukaan air sampai kedalaman penetrasi cahaya matahari.Dan phytoplankton ini merupakan produsen utama(Primery producer) zat-zat organik yang komplek dari bahan-bahan organik dan dari bahan anorganik yang sederhana melalui proses fotosintesis.
Keberadaan fitoplankton perlu didukung oleh adanya unsur hara dan zat organik lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk proses fotosintesis.Walaupun demikian beebagai faktor lingkungan lainnya juga berperan penting dalam kehidupan plankton .Faktor tersebut antara lain suhu, Ph ,kadar O2 ,CO2 bebas, kecerahan ,alkalinitas, arus dan hubungan antara spesies.(Elita ,1997)
Kelimpahan fitoplankton didefenisikan sebagai jumah individu fitoplankton per satuan liter air(Raymont ,1962). Sedangkan menurut Boney (1975) menyatakan bahwa kelimpahan fitoplankton di daerah tropis lebih rendah jika dibandingkan daerah sedang.
Selanjutnya menurut Goldmen (Dalam dalam Jummariani, 1994) perairan yang tingkat kesuburannya rendah mencapai kelimpahan kurang dari 10 4 sel/ml atau lebih.

Mengenal DPI


Pemanfaatan sumberdaya kelautan dan  perikanan dari waktu ke waktu selalu  mengalami perubahan dan itu merupakan sebuah  peningkatan, mengikuti permintaan yang cenderung terus bertambah, baik jumlah maupun jenisnya. Meningkatnya upaya sumberdaya perikanan mendorong berkembangnya teknik dan taktik penangkapan (fishing technique and fishing tactics) untuk dapat memproduksi perikanan secara lebih efektif dan efisien.
Berhasil tidaknya suatu alat tangkap dalam operasi penangkapan sangatlah tergantung pada  kita sendiri sebagai pelakunya bagaimana mendapatkan daerah penangkapan yang baik, potensi perikanan yang ada dan bagaimana operasi penangkapan dilakukan. Beberapa cara dapat dilakukan dalam upaya optimalisasi hasil tangkapan diantaranya dengan menggunakan berbagai alat tangkap yang sesuai dan ramah terhadap lingkungan.
Sebelum kita akan melakukan usaha dalam proses penangkapan ikan di laut hendaknya kita mengenal terlebih dahulu tentang Daerah Penangkapan itu sendiri dan perlu mempelajarinya tentang karakter daripada Daerah penangkapan ikan tersebut.  Dengan memahami dan Mengenal Daerah penangkapan atau Fishing ground  dan karakteristiknya tersebut,  maka usaha perikanan tangkap yang kita jalani semakin mudah dan  dapat berhasil dengan baik.

Mengenal Daerah Penangkapan Ikan
1. Karakteristik Daerah Penangkapan IkanKondisi-kondisi yang perlu dijadikan acuan dalam menentukan daerah penangkapan ikan adalah sebagai berikut :
a)      Daerah tersebut harus memiliki kondisi dimana ikan dengan mudahnya datang bersama-sama dalam kelompoknya, dan tempat yang baik untuk dijadikan habitat ikan tersebut. Kepadatan dari distribusi ikan tersebut berubah menurut musim, khususnya pada ikan pelagis. Daerah yang sesuai untuk habitat ikan, oleh karena itu, secara alamiah diketahui sebagai daerah penangkapan ikan. Kondisi yang diperlukan sebagai daerah penangkapan ikan harus dimungkinkan dengan lingkungan yang sesuai untuk kehidupan dan habitat ikan, dan juga melimpahnya makanan untuk ikan. Tetapi ikan dapat dengan bebas memilih tempat tinggal dengan kehendak mereka sendiri menurut keadaan dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Oleh karena itu, jika mereka tinggal untuk waktu yang agak lebih panjang pada suatu tempat tertentu, tempat tersebut akan menjadi daerah penangkapan ikan.
b)      Daerah tersebut harus merupakan tempat dimana mudah menggunakan peralatan penangkapan ikan bagi nelayan.
Umumnya perairan pantai yang bisa menjadi daerah penagkapan ikan memiliki kaitan dengan kelimpahan makanan untuk ikan. Tetapi terkadang pada perairan tersebut susah untuk dilakukan pengoperasian alat tangkap, khususnya peralatan jaring karena keberadaan kerumunan bebatuan dan karang koral walaupun itu sangat berpotensi menjadi pelabuhan. Terkadang tempat tersebut memiliki arus yang menghanyutkan dan perbedaan pasang surut yang besar. Pada tempat tersebut para nelayan sedemikian perlu memperhatikan untuk menghiraukan mengoperasikan alat tangkap. Terkadang mereka menggunakan trap nets, gill nets dan peralatan memancing ikan sebagai ganti peralatan jaring seperti jaring trawl dan purse seine.
Sebaliknya, daerah penangkapan lepas pantai tidak mempunyai kondisi seperti itu, tapi keadaan menyedihkan datang dari cuaca yang buruk dan ombak yang tinggi. Para nelayan juga harus mengatasi kondisi buruk ini dengan efektif menggunakan peralatan menangkap ikan.
c)      Daerah tersebut harus bertempat di lokasi yang bernilai ekonomis.
Ini sangat alamiah di mana manajemen akan berdiri atau jatuh pada keseimbangan antara jumlah investasi dan pemasukan. Anggaran dasar yang mencakup pada investasi sebagian besar dibagi menjadi dua komponen, yakni modal tetap seperti peralatan penangkapan ikan dan kapal perikanan, dan modal tidak tetap seperti gaji pegawai, konsumsi bahan bakar dan biaya perbekalan. Para manajer perikanan harus membuat keuntungan pada setiap operasi. Jika daerah penagkapan tersebut terlalu jauh dari pelabuhan, itu akan memerlukan bahan bakar yang banyak. Jika usaha perikanan tersebut benar-benar memiliki harapan yang besar, usaha yang dijalankan mungkin boleh pergi ke tempat yang lebih jauh. Nelayan yang dalam kasus demikian dapat memperoleh keuntungan dengan manajemen usaha perikanan. Jika kita dapat membuat alat untuk meningkatkan efisiensi usaha perikanan seperti menggunakan mesin perikanan yang lebih efisien, kemudian kita dapat juga memperbesar kapasitas kita untuk menangkap ikan ke tempat yang lebih jauh.
Daerah penangkapan ikan juga dikontrol oleh permintaan pasar untuk ikan. Permintaan untuk produk ikan akan dipengaruhi oleh kapasitas ketersediaan dari tempat tersebut, sebagai contoh, adalah baru saja dikembangkan sebagai daerah penangkapan ikan. Jadi, daerah penangkapan ikan selalu memiliki nilai yang relatif, berhubungan dengan keseimbangan ekonomi, daerah penangkapan ikan lainnya, efisiensi usaha perikanan dan permintaan ikan di dalam pasar. Begitulah, harus selalu berusaha menemukan daerah penangkapan ikan yang ekonomis dan efektif dari metode penangkapan ikan yang dimodernisasi.

2. Pemilihan Daerah Penangkapan Ikan
Hal pertama yang harus kita ketahui tentang keberadaan daerah penangkapan ikan menurut spesis ikan dan dari musim. Pemilihan daerah penangkapan ikan akan dibahas dengan sesuai pemahaman dari efisiensi, keuntungan dan ekonomi usaha perikanan. Metode pemilihan akan dibahas sebagai berikut :
a)      Asumsi awal tentang area lingkungan yang cukup sesuai dengan tingkah laku ikan yang diarahkan dengan menggunakan data riset oseanografi dan meteorologi.
b)      Asumsi awal tentang musim dan daerah penangkapan ikan, dari pengalaman menangkap ikan yang lampau yang dikumpulkan ke dalam arsip kegiatan penangkapan ikan masa lampau.
c)      Pemilihan daerah penangkapan ikan yang bernilai ekonomis dengan mempertimbangkan dengan seksama jarak dari pangkalan, kepadatan gerombolan ikan, kondisi meteorologi, dan lain sebagainya.


3. Karakter Permukaan Dasar
Secara umum keadaan permukaan dasar mempunyai karakter yang ditunjukkan pada tabel kelautan. Sedimen lautan sendiri terdiri dari sedimen terrigeneous, hemi-pelagis dan sedimen pelagis.
Tingkah Laku Ikan Hubungannya dengan Daerah Penangkapan Ikan dan Jenis-jenis dari Daerah Penangkapan Ikan
1. Tingkah Laku Ikan dan Kondisi dari Daerah penangkapan Ikan
Tingkah Laku Ikan dan Kondisi dari Daerah penangkapan Ikan Tidak dapat dikatakan bahwa ikan hidup dimana saja di seluruh lautan. Menurut spesiesnya, ikan didistribusikan secara horizontal atau vertikal di pada daerah batasan tertentu. Daerah penangkapan ikan juga berbeda menurut garis lintang dan garis bujur seperti kedalaman air di mana ikan berada.
Alasan utama kenapa spesies ikan tertentu berkumpul di daerah tertentu diperkirakan jadi seperti berikut :
a)      Ikan memilih kehidupan lingkungan yang sesuai untuk spesiesnya.
b)      Mereka memburu sumber makanan yang berlimpah.
c)      Mereka mencari tempat yang sesuai untuk memijah dan berkembang biak.
Dituntun oleh instingnya dan terbawa oleh arus musiman, ikan bergerak sesuai temperatur perairan, mencari makanan dan tempat memijah di perairan tersebut. Pergerakan ini disebut migrasi, dan pengalaman migrasi mereka selalu lebih baik sepanjang tahun. Migrasi yang untuk mencari makanan disebut food-seeking ground (pencarian daerah makanan). Kemudian migrasi untuk memijah disebut spawning migration dan area perairan dimana mereka memijah disebut spawning ground (daerah bertelur/memijah). Selama mereka bermigrasi dan dalam pencarian makanan dan daerah memijah, ikan tersebut bergerombol bersama dalam kelompok yang padat. Tempat tersebut yang penuh sesak dengan ikan secara alamiah menjadi daerah penangkapan ikan yang bagus untuk nelayan. Peristiwa dari gerombolan ikan haring di awal musim semi adalah satu contoh yang bagus dari migrasi ikan untuk mencari tempat memijah.
Di samping jenis ikan tersebut diatas di mana terjadi migrasi yang besar, ada spesies ikan lainnya di mana telah tertentu pada suatu daerah terbatas di lautan. Radius pergerakan mereka terbatas. Jenis utama dari pergerakan mereka adalah secara vertikal, yang dimana, mereka berpindah antara dasar dan permukaan air pada siang hari atau malam hari. Ada juga beberapa spesies yang berpindah antara perairan pantai yang dangkal dan perairan lepas pantai yang dalam sepanjang musim. Jenis pergerakan ini disebut secara horizontal atau perpindahan kedalaman. Ikan yan tinggal menetap terus-menerus juga menjadikan daerah penangkapan ikan yang bagus untuk nelayan.
Variasi kondisi dari laut memberi dampak perubahan pada daerah penangkapan ikan. Lautan dipengaruhi oleh arus hangat dan arus dingin. Ikan memilih masing-masing perairan tempat tinggal mereka menurut kisaran temperatur optimum mereka. Pada continental shelf yang mana adalah daerah subur yang terdapat aliran nutrisi garam dari daratan pantai adalah suatu daerah penangkapan ikan yang baik untuk ikan yang menetap terus-menerus. Jumlah plankton yang besar berkembang pada pusaran yang terbentuk oleh arus atau bentuk konvergen dari arus dingin dan arus hangat. Organisme ini menarik bagi makhluk hidup secara umum, khususnya ikan yang berkumpul bersama pada titik daerah pencarian makanan mereka. Tempat seperti itu juga disebut daerah penangkapan ikan yang bagus. Area selanjutnya di mana dasar lautan naik menjorok dan membentuk apa yang disebut sea bank (gugus laut) juga sesuai untuk daerah penangkapan ikan.
Kebanyakan gugus laut berada lebih dangkal dibandingkan 400 meter pada kedalaman. Asal usul gugus laut dibagi menjadi dua: vulkanik dan tektonik. Berbicara secara umum, bentuk dari kehidupan pada gugus laut adalah lebih berlimpah dan bervariasi daripada di continental shelf. Banyaknya perpindahan dan ikan demersal yang ditemukan di gugus laut membuatnya jadi suatu daerah penangkapan ikan yang bagus. Pengetahuan tentang oseanografi seperti itu akan bermanfaat ke arah peningkatan produksi perikanan.
2. Jenis-jenis dari Daerah Penangkapan Ikan
Klasifikasi daerah penangkapan ikan sering dibuat berdasarkan materi sebagai jenis ikan yang akan ditangkap, jenis dari alat tangkap yang digunakan, daerah perairan di mana usaha perikanan dioperasikan dan area lautan di mana usaha perikanan beroperasi :
  1. Spesies dari ikan: tuna dan skipjack fishing ground, salmon fishing ground, dan sebagainya.
  2. Jenis alat tangkap ikan: trawl fishing ground, long line fishing ground, fixed-net fishing ground, pole and line fishing ground, surrounding-net (jaring lingkar) fishing ground, dan sebagainya.
  3. Kawasan perairan: daerah penangkapan dalam laut atau permukaan, daerah penangkapan yang dekat dengan pantai, daerah penangkapan pantai dan daerah penangkapan pada perairan darat.
  4. Kawasan laut: daerah penangkapan di Pasifik Utara, daerah penangkapan di Laut China Selatan, daerah penangkapan di China Bagian Tenggara, dan lain sebagainya.

Tetapi daerah daerah penangkapan ikan secara umum diklasifikasikan ke dalam dua jenis utama berikut:
1. daerah penangkapan ikan di perairan pantai
2. dan di laut lepas, atau daerah penangkapan ikan pelagis (atau bergerak cepat) dan ikan perairan dasar secara berturut-turut.

1. Daerah penangkapan ikan di perairan pantai
Daerah penangkapan ikan di perairan pantai Pada keadaan normal, Pada keadaan normal, pesisir pantai memiliki banyak daerah penangkapan ikan yang bagus. Produksi perikanan dari daerah ini dengan baik meningkat dari tahun ke tahun. Daerah penangkapan ikan di perairan pantai termasuk meliputi usaha rumput laut, ikan dan kerang-kerangan dan untuk jenis yang khusus bergerak seperti ikan haring, ikan salmon, ikan ekor kuning, ikan tuna dan ikan laut air tawar yang mendekati daerah pantai untuk mencari makanan atau untuk memijah.
Daerah penangkapan ikan di perairan pantai ini mungkin dibagi lagi ke dalam trap-net (jaring perangkap) fishing ground, small trawling (pukat tarik yang kecil) fishing ground, driving in net fishing ground, beach seine (pukat pantai) fishing ground, hand purse seine (purse seine tangan) fishing ground, surrounding net (jaring lingkar) fishing ground, pole and line fishing ground, dan lain sebagainya.
Untuk tujuan konservasi sumberdaya perikanan di pesisir perairan pantai dan menjaga mutu dari daerah penangkapan ikan, ukuran harus diambil di sepanjang garis pembangunan pada pembatas di laut, penangkaran buatan dan melepaskan anak ikan lalu menjaganya. Ini juga sangat penting untuk pemeliharaan dan pembangunan dari nilai mutu dari daerah penangkapan ikan, untuk menghasilkan pemahaman dan kerja sama dari nelayan untuk konservasi sumberdaya perikanan sama halnya sesuai pengambilan keputusan dan manajemen dari administrasi perikanan.
2. Daerah penangkapan ikan pelagis
Salah satu contoh ikan pelagis di Lautan Pasifik adalah ikan skipjack. Daerah penangkapan untuk ikan skipjack utamanya berlokasi pada lapisan subtropis yang konvergen yang dibentuk oleh pertemuan aliran arus hangat dan arus dingin. Spesies ikan lainnya yang bermigrasi, di kedua jenis arus hangat dan dingin, seperti ikan tuna dan ikan salmon, secara musiman naik menuju utara atau turun ke selatan untuk mencari makanan di dalam pusaran air atau arus rip yang dibentuk oleh pertemuan dua aliran arus.
Lebih lanjut, bentuk topografi yang rumit pada pantai dan perairan sampai kedalaman 200 meter di mana arus dasar laut naik keatas dan bercampur dengan massa air hangat pada bagian atas, menghasilkan plankton dalam jumlah yang sangat besar yang dimana mengundang ikan untuk bermigrasi dan menetap di sana. Area migrasi ikan skipjack, tuna dan salmon di Pasifik adalah sangat luas dan hampir tak terhingga dari bagian atas garis katulistiwa hingga ke perairan daerah utara.
Tapi hal itu harus diperhatikan bahwa daerah penangkapan ikan yang sesuai untuk spesies ikan pelagis adalah hampir terbatas pada daerah arus rip di perairan tersebut.
3. Daerah penangkapan ikan demersal
Pada continental shelf (paparan benua) di mana umumnya terdapat pada kedalaman 200 m adalah sangat sesuai untuk ikan demersal atau yang hidup di dekat dasar laut. Kolom perairan yang kedalamnya lebih dari 400 m adalah sangat tidak sesuai untuk ikan, kecuali beberapa spesies yang khusus. Makhluk hidup pada dasar laut termasuk yang selalu tinggal di satu tempat, meliputi pergerakan secara horizontal atau pada kedalaman dan pergerakan menuju daerah dangkal, atau secara musiman membuat suatu migrasi yang panjang.
Pada continental shelf dimana terdapat pasir atau berbagai bahan organik lain yang mengalir dari perairan pantai lalu mengendap, sebagian besar menjadi pupuk dan sesuai untuk pertumbuhan plankton. Oleh karena manfaat dari daerah paparan (shelf), pada daerah pesisir pantai atau pintu masuk perairan adalah daerah penangkapan yang ideal untuk kerang-kerangan dan rumput laut, khususnya ikan-ikan kecil. Ketika melakukan penangkapan ikan, jaring yang tarik di dasar perairan (bottom drag nets) adalah yang paling sering digunakan. Beberapa spesies ikan pelagis mungkin tertangkap di perairan tersebut.
Tapi kolom perairan yang lebih dari kedalaman 800 meter, meskipun ada ditemukan beberapa spesies ikan, sangat tidak sesuai untuk digunakan sebagai daerah penangkapan ikan bukan hanya karena kesulitan dalam operasi penangkapan ikan tetapi juga jarangnya terdapatsumberdaya perikanan.
3. Exploitasi Daerah Penangkapan ikan dan Pemeliharaannya
Dengan mulai ditingkatkannya konstruksi kapal perikanan menjadi berukuran besar, modernisasi pada peralatannya dan pengenalan pada peningkatan peralatan observasi untuk keperluan penangkapan ikan, luas dari daerah penangkapan ikan semakin diperbesar.
Adalah menjadi hal vital yang sangat penting demi pengembangan daerah penangkapan ikan dengan persiapan melalui kapal perikanan yang sempurna dan dengan kru kapal yang terlatih dengan baik, bersama dengan seluruh ilmu pengetahuan praktis dan pengetahuan oseanografi dan ilmu tentang sumberdaya perikanan yang ditambah dengan studi berbagai faktor penilaian dan pengamatan oseanografi. Arus rip, temperatur air, salinitas dan kecerahan pada daerah penangkapan ikan di lepas pantai seperti halnya temperatur air pada lapisan pertengahan dan lapisan bawah adalah faktor yang sangat penting untuk tujuan operasi penangkapan ikan. Sebagai contoh, pengenalan detektor akustik untuk penangkapan ikan telah membawa revolusi operasi penangkapan ikan. Pengembangan dari echo sounder juga telah memperjelas keadaan dasar laut yang mana dahulu tidak diketahui nelayan. Sebagai hasil, ruang lingkup penangkapan ikan, yang mana dahulu dioperasikan dengan hanya melihat gerombolan ikan pada bagian atas permukaan air, sekarang telah dikembangkan untuk menjadi lebih vertikal dan pada waktu yang bersamaan tipe yang lebih efektif dari usaha perikanan.
Sumberdaya perikanan di daerah perairan yang sangat luas nampak seperti tidak akan ada habis-habisnya pada pengamatan pertama. Tapi jika hal tersebut diabaikan ke exploitasi yang bersifat agresif dengan mekanisasi terbaru operasi penangkapan yang tanpa menghiraukan ketentuan konservasi dalam mengambil sumberdaya, maka seluruh daerah penangkapan ikan akan mengalami kerusakan. Lagipula, dan tidak adanya larangan menangkap ikan yang memijah dan anak ikan atau ikan muda akan menghancurkan stok persediaan diri mereka sendiri. Oleh karena itu, ketentuan pencegahan yang melawan penangkapan ikan secara berlebihan pada tingkat nasional dan tingkat internasional tentu saja merupakan hal yang penting demi pemeliharaan dan penjagaan daerah penangkapan ikan secara luas. Inilah alasannya mengapa berbagai konvensi internasional dan hukum nasional telah ditetapkan di seluruh dunia.


Dalam rangka meningkatkan jumlah yang optimal, pemanfaatan sumberdaya perikanan, oleh karena itu, studi dan riset harus diintensifkan sepanjang batas pengembangan daerah penangkapan ikan pada satu sisi dan pemeliharaan dan penjagaan mereka pada sisinya